Profil Desa Karangklesem
Ketahui informasi secara rinci Desa Karangklesem mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Karangklesem, Pekuncen, Banyumas. Menjelajahi potensi wisata alam unggulan Curug Nangga, ekonomi kreatif berbasis pariwisata, tantangan kebencanaan, dan kehidupan agraris masyarakat di lereng perbukitan yang subur.
-
Destinasi Wisata Alam Unggulan
Menjadi rumah bagi Curug Nangga, air terjun tujuh tingkat yang telah menjadi ikon pariwisata dan magnet pengunjung di Kabupaten Banyumas.
-
Ekonomi Ganda
Perekonomian desa ditopang oleh dua pilar utama, yaitu sektor pertanian tradisional dan ekonomi pariwisata yang dikelola secara komunal oleh masyarakat.
-
Tantangan Konservasi dan Mitigasi
Keindahan alamnya diiringi oleh tantangan nyata dalam hal pelestarian lingkungan dari dampak pariwisata dan risiko kebencanaan alam seperti tanah longsor.

Jauh dari hiruk pikuk perkotaan, di dalam dekapan perbukitan hijau Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, tersembunyi sebuah desa yang namanya kian santer terdengar di kalangan pencinta alam. Desa Karangklesem, sebuah wilayah yang dianugerahi keindahan alam luar biasa, telah menjelma menjadi destinasi yang wajib dikunjungi. Pesona utamanya ialah Curug Nangga, sebuah air terjun megah dengan tujuh tingkatan yang menjadi ikon dan sumber kehidupan baru bagi masyarakatnya.
Namun Karangklesem lebih dari sekadar air terjun. Desa ini merupakan potret perjuangan masyarakat dalam menyeimbangkan anugerah alam dengan tantangan pelestarian. Perekonomiannya kini berdiri di atas dua pilar: pertanian yang telah mengakar selama berabad-abad dan pariwisata yang tumbuh pesat. Profil ini akan mengupas tuntas dinamika Desa Karangklesem, dari keelokan alamnya, transformasi ekonominya, hingga upaya masyarakatnya dalam menjaga warisan untuk masa depan.
Geografi dan Demografi: Potret Wilayah di Ketinggian
Desa Karangklesem terletak di bagian utara Kecamatan Pekuncen, sebuah area yang didominasi oleh topografi berbukit-bukit dengan lembah-lembah subur. Secara geografis, desa ini berbatasan dengan hutan milik Perhutani dan wilayah Kabupaten Brebes di sebelah utara. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Petahunan, di selatan dengan Desa Candinegara dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Glempang.
Berdasarkan data "Kecamatan Pekuncen dalam Angka" yang dirilis oleh BPS, Desa Karangklesem memiliki luas wilayah 7,82 kilometer persegi (7,82 km2). Luasnya wilayah ini menjadikannya salah satu desa terluas di kecamatannya. Lahan tersebut sebagian besar terdiri dari hutan rakyat, perkebunan, persawahan tadah hujan, dan permukiman.
Pada data kependudukan terakhir, jumlah penduduk Desa Karangklesem tercatat sebanyak 7.531 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 963 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan yang relatif lebih rendah dibandingkan desa-desa tetangganya di dataran rendah menunjukkan karakteristik wilayah yang lebih banyak berupa lahan hijau dan kawasan konservasi daripada permukiman padat.
Surga Tersembunyi Itu Bernama Curug Nangga
Nama Desa Karangklesem tidak dapat dipisahkan dari Curug Nangga. Air terjun inilah yang menempatkan desa ini di peta pariwisata Jawa Tengah. Keunikan utamanya yang paling memukau yaitu adanya tujuh tingkatan (terasering) air terjun yang mengalir berurutan di satu tebing, sebuah fenomena alam yang jarang ditemui.
Untuk mencapai mahakarya alam ini, pengunjung harus melakukan perjalanan singkat melewati jalan setapak dan pematang sawah, sebuah pengalaman yang menyajikan pemandangan alam pedesaan yang asri. Setiap tingkatan curug menawarkan pesona yang berbeda, dengan kolam-kolam alami di bawahnya yang jernih dan menyegarkan.
Keberhasilan pengelolaan Curug Nangga tidak lepas dari peran aktif Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa setempat. Mereka merupakan garda terdepan dalam pengelolaan tiket, penataan area parkir, penyediaan pemandu lokal, hingga menjaga kebersihan dan keamanan di sekitar lokasi.
"Curug Nangga ini anugerah dari Tuhan untuk desa kami. Sejak dikenal luas, banyak warga yang mendapat penghasilan tambahan. Tugas kami bersama ialah menjaga agar tempat ini tetap bersih, aman, dan lestari," ungkap seorang anggota Pokdarwis saat ditemui di lokasi, Juni 2025.
Selain Curug Nangga, desa ini juga memiliki potensi air terjun lain seperti Curug Pengantin, yang lokasinya lebih terpencil dan menawarkan suasana yang lebih privat bagi para petualang.
Perekonomian yang Bertumpu pada Dua Pilar: Agraris dan Pariwisata
Perekonomian Desa Karangklesem mengalami transformasi signifikan dalam satu dekade terakhir. Semula, hampir seluruh penduduknya bergantung pada sektor agraris. Kini, pariwisata telah tumbuh menjadi pilar ekonomi kedua yang sama pentingnya.
-
Pilar AgrarisSektor ini tetap menjadi tulang punggung bagi sebagian besar masyarakat. Lahan-lahan subur dimanfaatkan untuk menanam padi di area lembah. Sementara itu, lereng-lereng perbukitan ditanami komoditas perkebunan seperti cengkih, kopi, kapulaga, dan kelapa. Produksi gula kelapa secara tradisional juga masih menjadi kegiatan ekonomi penting bagi banyak keluarga.
-
Pilar PariwisataKehadiran Curug Nangga telah melahirkan ekosistem ekonomi baru. Ratusan warga terlibat langsung maupun tidak langsung. Pendapatan tidak hanya datang dari tiket masuk, tetapi juga dari jasa parkir, warung-warung makan dan minum yang menjamur di sekitar area wisata, penjualan produk lokal seperti gula aren dan cengkih kepada wisatawan, hingga jasa pemandu wisata. Pertumbuhan ini merupakan contoh nyata keberhasilan pariwisata berbasis komunitas (community-based tourism).
Kedua pilar ini saling mendukung. Hasil pertanian desa dapat langsung dijual kepada wisatawan, sementara pendapatan dari pariwisata memberikan modal bagi petani untuk mengelola lahannya dengan lebih baik.
Peran Pemerintah Desa dan Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintah Desa Karangklesem, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Wasim, memegang peran krusial sebagai fasilitator dan regulator. Salah satu fokus utamanya ialah pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata. Perbaikan dan pelebaran akses jalan menuju lokasi wisata menjadi prioritas untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung.
Pemerintah desa juga aktif memberikan dukungan kepada Pokdarwis, baik dalam bentuk pembinaan manajemen, bantuan promosi, maupun alokasi sebagian dana desa untuk pengembangan fasilitas umum di area wisata. Sinergi antara pemerintah desa dan inisiatif masyarakat menjadi kunci keberhasilan Karangklesem dalam mengelola potensinya.
"Kami terus mendorong agar Pokdarwis semakin profesional. Ke depan, kami bermimpi untuk mengembangkan homestay atau pondok wisata yang dikelola warga, sehingga wisatawan bisa tinggal lebih lama dan dampaknya bagi ekonomi masyarakat semakin besar," ujar Wasim dalam sebuah pernyataan di media lokal.
Di Balik Pesona Alam: Tantangan Konservasi dan Mitigasi Bencana
Di balik keindahannya, Desa Karangklesem menyimpan tantangan yang tidak ringan. Popularitas Curug Nangga membawa konsekuensi berupa peningkatan volume sampah dan potensi kerusakan lingkungan di sekitar jalur pendakian dan area air terjun. Upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan edukasi kepada pengunjung menjadi pekerjaan rumah yang harus terus dilakukan.
Tantangan terbesar datang dari kondisi geografisnya sendiri. Topografi yang curam dengan intensitas hujan yang tinggi menjadikan sebagian wilayah Desa Karangklesem rawan terhadap bencana tanah longsor. Sejumlah kejadian longsor skala kecil pernah dilaporkan terjadi, terutama yang menutup akses jalan.
Oleh karena itu, program mitigasi bencana menjadi agenda vital. Pemerintah desa bersama BPBD Kabupaten Banyumas secara rutin melakukan pemetaan area rawan, membangun talud atau dinding penahan tanah di titik-titik kritis, serta menanam tanaman keras yang berfungsi menahan erosi. Kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana juga terus ditingkatkan melalui sosialisasi dan simulasi.
Menemukan titik keseimbangan antara eksploitasi potensi wisata, konservasi alam, dan keselamatan warga merupakan tantangan utama bagi masa depan Desa Karangklesem. Desa ini harus terus berinovasi untuk menjadi contoh destinasi ekowisata yang bertanggung jawab, di mana keindahan alamnya dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan mendatang tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan dan keamanan masyarakatnya.